Peristiwa Indonesia - Edward Koto, tampak sibuk melayani pelanggan makanan Padang yang dijualnya. Sebuah mobil sedan tua jenis Corolla dipakrikan di bawah sebuah pohon rindang.
Begitu pun tempat duduk para pelanggan kedai nasi Padang miliknya. Suasana makan di bawah pohon pun terlihat sederhana namun memberi sensasi tersendiri
Di bagasi belakang mobil terpajang lauk-pauk masakan Padang. Agak unik memang, bagasi mobil yang dimanfaatkan sebagai kedai Ampera. Pria asal Bukittinggi, Sumatera Barat ini menyebutnya Ampera bagasi.
Menjadikan bagasi sebagai tempat masakan menurut istri Edward, Nel, punya keunikan sendiri. "Dulu bapak bawa taksi, karena taksi sepi makanya jualan ampera ini," ucap Nel.
Ampera ini tepat berada di tepi ruas Jalan Raja M Tahir, Batam, Kepulauan Riau. Berseberangan dengan SD Katolik Yos Sudarso.
Tidak kalah dengan menu rumah makan masakan padang lainnya. Edward dan Nel menyediakan beberapa menu seperti gulai tauco, asam pedas, gulai ayam, rendang, ikan tongkol goreng, gulai ayam kuning dan lainnya. "Spesial semua," sebut Nel tersenyum.
Dengan bagasi dengan panjang satu meter itu, ia juga meyediakan soto ayam dan lontong. Satu porsi makan siang seperti nasi, sayur dan lauk selain rendang hanya dibanderol 13.000 rupiah. "Kalau rendang 15.000," kata Nel mengunakan logat Minang
Begitu juga dengan menu lain, seperti satu porsi soto hanya 13.000 dan lontong 10.000 .Ampera bagasi ini buka pukul 09.00 wib pagi hingga 16.00 wib sore. Meskipun kaki lima ampera bagasi ini ternyata terlacak di google map.
Tidak ketinggalan, di kaca mobil Edward banyak tertempel sebuah ikon wisata di Bukitttinggi yaitu "Jajang Koto Gadang" atau Great Wallnya Indonesia.
Gambar jenjang tersebut merupakan kampung asli Edward. Memajang ciri khas kampung merupakan kebangaan sendiri baginya. "Kampung asli saya itu," ujar edward.
Pohon tepat di atas tempat duduk pengunjung membuat suasana panas terik menjadi sejuk. "Anginsepoi-sepoi ini yang buat makan tambah enak," ujar Ilham salah seorang pengunjung.
Beberbeda dengan Ilham, Ismail Zakarya salah seorang pengunjung mengatakan, makan di Ampera Bagasi sudah seperti pulang kampung ke Padang. "Enak, kalau rindu kampung (Padang) cocoklah makan di sini," katanya.
Bahkan Ampera Bagasi direncanakan akan bekerjasama dengan aplikasi gojek supaya konsumennya bisa memesan dengan mudah. "Tidak perlu lagi datang ke sini, sekarang kalau ada yang pesan, telpon dulu," ujar Nel wanita asli Padang itu.
Nasi Ampera merupakan sebutan untuk masakan Padang bagi kalangan menengah ke bawah. Istilah Ampera populer sejak zaman kolonial Belanda. Dulunya jenis masakan Padang di Sumatera Barat hanya dinikmati kaum menengah ke atas dan kaum elite kolonial. Lalu saat muncul sejarah Ampera (Amanat penderitaan rakyat) baru lah istilah ini ikut digunakan untuk sebutan bagi kedai nasi murah.
Banyak pemilik rumah makan Padang yang ingin orang-orang pribumi turut menikmati masakan daerahnya sendiri. Akhirnya mereka menyediakan nasi Padang dengan harga terjangkau bagi masyarakat, namun dengan kualitas masakan yang tak kalah enak. Jadilah istilah Ampera identik dengan kedai nasi Padang dengan harga terjangkau hingga saat ini.
Sumber : batamnews.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar