Ramalan kiamat kembali muncul. Konon kehidupan di dunia akan tamat pada Senin, 23 April 2018. Nubuat soal akhir zaman itu didasarkan pada pencampuradukan numerologi lawas, penafsiran Kitab Wahyu Alkitab (Book of Revelation), dan teori konspirasi tentang "Planet X".
Seperti dikutip dari situs sains LiveScience, Kamis (19/4/2018), ada banyak hak yang patut dipertanyakan soal ramalan kiamat tersebut.
Pertama, dari sisi tanggal, pada 23 April yang mengingatkan kembali kepada William Miller, nabi palsu paling terkenal sepanjang sejarah.
Pada 1840-an, ia berkoar tentang akhir dunia. Bahwa api akan membuat dunia berkobar antara 21 Maret 1843 dan 21 Maret 1844. Ia menunjuk tanggal 23 April 1843 sebagai salah satu momentum akhir dunia.
Miller aktif berceramah di tempat orang-orang berkumpul. Menyebarkan pesannya lewat poster, surat kabar, dan selebaran.
Pesan itu mengena. Sekitar 100 ribu orang mendeklarasikan diri sebagai "Millerites". Semua harta benda dijual atau disumbangkan. Menurut mereka, apa gunanya, toh kiamat segera datang. Mereka kemudian menuju pegunungan untuk menanti detik terakhir kehidupan di muka Bumi.
Saat ramalannya terbukti gagal total, Miller berdalih ia salah menghitung hari, tapi bersikukuh metodenya benar. Kemudian ia menawarkan tanggal baru 22 Oktober 1844 -- yang ternyata juga keliru.
Peramal kiamat lain yang berkali-kali gagal adalah David Meade. Ia pernah meramalkan bahwa penyelarasan bintang-bintang pada 23 September 2017 adalah pertanda akhir zaman. Peristiwa itu akan mengawali kemunculan planet liar, Planet X yang konon akan memicu bencana geologi yang membawa kesengsaraan pada makhluk Bumi, hingga kembalinya Yesus Kristus seperti diungkap dalam Kitab Wahyu.
Prediksi terbaru Meade tak jauh beda dengan sebelumnya. Berdasarkan wawancara dengan tabloid Express, ia menunjuk 23 April 2018 sebagai permulaan akhir zaman.
Alasannya, menurut Meade, pada hari itu, Matahari, Bulan, dan Jupiter sejajar dalam konstelasi Virgo. Hal tersebut, menurut dia, sejalan dengan Kitab Wahyu 12:1-2 yang merujuk pada tanda besar di langit, "seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya", melahirkan seorang pemimpin durjana atau seorang diktator yang memainkan peran membawa dunia ke akhir zaman.
Ayat tersebut juga pernah dijadikan dasar ramalan kiamat Meade pada 23 September 2017 yang terbukti salah. Kala itu, ia mendasarkan prediksinya pada penyelarasan Matahari dengan sembilan bintang, serta planet Merkurius, Venus, dan Mars, di konstelasi Virgo.
"Sejumlah spekulasi yang dilontarkan Meade, yang dikaitkan dengan astral (yang berhubungan dengan bintang), secara ironis terinspirasi ramalan masa lalu yang mengacu pada tradisi Yahudi, Yunani-Romawi, dan lainnya," kata Allen Kerkeslager, pengajar mata kuliah keyakinan kuno dan komparasi agama di St. Joseph's University, Philadelphia.
Faktanya, pada 23 April 2018, Jupiter tak sejajar dengan planet, bintang, atau satelit lainnya dalam konstelasi Virgo. Alih-alih, planet terbesar di Tata Surya itu akan berada di rasi Libra, jika dilihat dari Bumi.
Pada tanggal yang sama, Matahari akan selaras dengan konstelasi Aries sementara Bulan berada pada rasi Gemini.
Ramalan Tak Konsisten
Meade tak pernah konsisten dalam menyampaikan prediksi. Pada Februari lalu, The International Business Times melaporkan, ia pernah meramalkan bahwa pemicu kiamat akan muncul pada Maret 2018.
Meade juga mengaku yakin, periode tujuh tahun kesengsaraan (seven-year tribulation), yang konon mengawali kiamat, akan dimulai pada 21 Agustus 2017. Sebelumnya, ia menyebut tanggal 15 Oktober 2015.
Situs milik Meade juga pernah menyebut, program nuklir Korea Utara sebagai pertanda akhir dunia atau kiamat.
Sumber : liputan6.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar