17-1-1966: Insiden Palomares, Tabrakan 2 Pesawat yang Jatuhkan 4 Bom Nuklir ke Bumi - Peristiwa Indonesia

Sumber Berita Harian Online yang Cepat, Tepat, dan Terpercaya. Menyajikan Berbagai Kisah Serta Peristiwa Menarik Yang Terjadi Di Indonesia Dan Dunia.

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad


Rabu, 16 Januari 2019

17-1-1966: Insiden Palomares, Tabrakan 2 Pesawat yang Jatuhkan 4 Bom Nuklir ke Bumi


Paranoia Perang Dingin, antara Amerika Serikat dan Uni Soviet nyaris memicu bencana nuklir dahsyat. Kala itu, selama beberapa tahun, Komando Udara Strategis Angkatan Udara AS terus-menerus menerbangkan jet bomber di dekat tapal batas negeri Tirai Besi, sebagai bagian dari 'Operation Chrome Dome'.

Setidaknya selusin B-52 berpatroli di angkasa di atas Atlantik dan Eropa sepanjang waktu, masing-masing dengan muatan bom hidrogen yang bersarang di perutnya. Mereka siap melepaskan senjata pemusnah massal tersebut di wilayah Soviet.

Peristiwa lainnya

Malam masih pekat saat pesawat B-52G yang dipiloti Charles Wendorf lepas landas dari Pangkalan Udara Seymour Johnson di North Carolina, menggendong empat bom hidrogen tipe B28RI.

Rencananya, kapal terbang diarahkan ke timur melintasi Samudra Atlantik, Laut Mediterania menuju perbatasan Uni Soviet di Eropa, lalu kembali ke pangkalan. Rute yang panjang itu membutuhkan dua kali pengisian bahan bakar di udara, di atas langit Spanyol.

Pada 17 Januari 1966, sekitar pukul 10.30, ketika terbang di ketinggian 31 ribu kaki atau 9.450 meter, bomber tersebut melakukan pengisian bahan bakar kedua di udara, di dekat Pangkalan Udara Moron di Spanyol selatan.

B-52 yang haus bahan bakar menyedot muatan pesawat KC-135 Stratotankers. Dua burung besi tersebut saling berdekatan, hanya berjarak beberapa meter. Potensi tabrakan sangat tinggi. Bahaya kian menjadi karena salah satunya mengangkut bom nuklir.

Dan, pada pagi yang cerah itu, di bawah naungan langit biru Mediterania, apa yang dikhawatirkan banyak orang terjadi.

Sang kapten penerbang, Charles Wendorf yang lelah karena perjalanan panjang, meminta stafnya, Mayor Larry Messinger, untuk menangani pengisian bahan bakar.

Messinger, yang memegang kendali, merasakan ada sesuatu yang salah. Saat itu, B-52 mendekati pesawat tanker dari belakang. Namun, jet bomber itu terlalu melaju terlalu cepat.

"Ada prosedur dalam pengisian bahan bakar di udara, jika boom operator (awak tanker) merasa pesawat lain terlalu dekat dan situasinya berbahaya, mereka akan berteriak, 'Break away, break away, break away'," kata Messinger seperti dikutip dari situs AmericanHeritage.com.

Saat itu, kata dia, tak ada sinyal bahaya. Namun, tak lama kemudian situasi tak terkendali.

Bagian atas B-52 menabrak tanker. Perut KC-135 Stratotankers sobek, bahan bakar mengalir mengenai bomber. Sebagian tumpah ke udara.

Kemudian, ledakan dahsyat terjadi. Kobaran api menyelimuti tanker, menewaskan empat orang di dalamnya.

Ledakan kembali terjadi, merobek kedua pesawat menjadi ratusan fragmen yang menyala, menewaskan tiga orang yang berada di bagian ekor B-52.

Sebelum puing-puing membara jatuh ke Desa Palomares di bawahnya, empat orang lainnya di dalam pesawat bomber meloloskan diri dengan kursi lontar.

Kapten Ivens Buchana terbakar bola api sesaat setelah terlontar. Ia jatuh ke tanah, dan entah bagaimana, berhasil selamat.

Sementara, Kapten Charles Wendorf dan Letnan Richard Rooney jatuh ke ketinggian 14.000 kaki, membuka parasut mereka, dan melayang beberapa mil ke laut, di mana mereka diselamatkan oleh para nelayan.

Sementara, Messinger terbawa angin kencang, mendapati dirinya melayang ke laut. Dia akhirnya tercebur sekitar delapan mil dari daratan dan diselamatkan seorang nelayan yang lewat.

Ketika jatuh ke laut, Messinger melihat sesuatu yang aneh. Ada riak berbentuk lingkaran besar di permukaan laut. "Seperti ketika seseorang menjatuhkan sesuatu ke dalam air," kata dia.

Ternyata, itu adalah bom hidrogen berkekuatan nuklir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

indosportbook.com

Pages